JAMB (Indonesiadaily.co.id),-
Punya ponsel pintar saja tidaklah cukup, jika sinyal internet sulit untuk dijangkau pelajar. Sejak pandemi Covid-19, para siswa diharuskan belajar di rumah secara daring.
Tinggal di daerah perkebunan, para siswa yang berada di Desa Suko Awin Jaya, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, harus berjuang untuk mendapatkan jaringan internet. Kondisi tempat tinggal mereka yang berada di perkebunan, membuat daerah ini terkendala untuk mengakses internet, karena masih banyak daerah yang tidak ada titik internet atau blank spot.
Siswa pu terpaksa harus mencari lokasi yang ada titik sinyal internetnya. Sejak itulah mereka mulai berburu sinyal, agar proses belajar daring tidak terganggu. Daerah sinyal terkuat mereka temui di antara perkebunan sawit tidak jauh dari perkampungan tempat tinggalnya. Titik sinyal terkuat itu tepat di tepi jalan tanah sekitar pepohonan sawit.
Di perkebunan sawit Desa Awin Jaya, Jumat (13/11/2020) tampak beberapa pelajar duduk lesehan dengan beralaskan kantong plastik sedang belajar secara daring. Ada juga yang sedang sibuk mencari referensi materi di internet guna mengerjakan tugas sekolah. “Meskipun belajar di bawah pohon ini kami tetap mematuhi protokol kesehatan. Kami tetap jaga jarak dan pakai masker,” jelas siswi SMA Negeri 2 Muarojambi yang tinggal di Desa Awin Jaya Kabupaten Muarojambi.
Saat belajar Julianti tidak sendirian, ada juga pelajar lain yang ikut belajar di tepi jalan dekat pohon sawit, yakni siswa SMP dan SMA. “Hampir setiap hari saya dan adik serta teman-teman pergi mencari sinyal untuk mengikuti belajar daring dan mengerjakan tugas,” ucap Julianti membeberkan kondisinya.
Belajar secara virtual di luar ruangan menghadapi beberapa kendala, seperti tempat belajar yang kurang nyaman. Jika panas mereka terpaksa berteduh di bawah pohon sawit, tapi jika hujan datang mereka pun terpaksa pulang. “Ketika hujan kami tidak dapat mengikuti pelajara online dikarenakan tidak ada tempat berteduh,” imbuh Julianti.
Hal yang sama pun dirasakan oleh Pebriyanti Napitu, seorang mahasiswi di salah satu Universitas di Medan. Ia mengaku, proses perkuliahan mulai dari kegiatan pendaftaran hingga proses pembelajaran di semester awal dilakukan secara daring dari rumah. “Saya sangat kesulitan dalam mengurus administrasi saat pendaftaran. Kemudian saat kuliah dan diskusi kelompok secara virtual saya juga mengalami kesulitan mengikuti diskusi tersebut, karena gangguan sinyal yang menyebabkan suara terputus-putus. dampaknya saya jadi sulit ikut belajar dan memahami pembahasan,” diungkapkan Pebriyanti.
Demi mendapatkan ilmu pengetahuan dan mengikuti proses belajar, dimana pun para siswa ini tetap semangat belajar. Meskipun berada di daerah minim titik sinyal internet dan harus belajar di pinggir jalan perkebunan sawit, tidak membuat mereka malas belajar.(ynn)
Penulis :Efriyanti Natalia Pane/Yusnaini